PERMASALAHAN DALAM BERBAHASA
Aditya Wisnu Pratama
Abstrak
Kesalahan alam berbahasa sebenarnya secara tidak langsung disebabkan
oleh masyarakat itu sendiri. Masyarakat sering menciptakan bahasa sendiri
dalam percakapan sehari – hari. Hal ini mengakibatkan terjadinya pergeseran
nilai bahasa di dalam masyarakat dan pergeseran tersebut mengakibatkan
kerancuan dalam berbahasa. Singkatnya, bahasa Indonesia pada saat ini telah
mengalami sedikit pergeseran dari sebelumnya.
Pembelajaran bahasa
cara yang bias ditempuh untuk dapat memahami bahasa Indonesia dengan
baik. Apabila hal ini bisa diterapkan, permasalahan yang sering timbul dalam
berbahasa seperti ambiguitas, kalimat rancu, kalimat tak selesai, dan peng-
gunaan kalimat yang tidak tepat dapat diminimalisasi. Namun, sekarang dunia
bahasa berkembang dengan sangat pesat sehingga mau tidak mau hita harus
bisa mengimbangi perubahan yang terjadi tersebut, namunkita harus tetap
menjunjung nilai bahasa Indonesia yang baik dan benar agar bahasa kita tetap
terpelihara.
Kata kunci: pergeseran, ambiguitas, pembelajaran
A . Pendahuluan
Sejak dahulu bahasa Indonesia yang digunakan oleh masyarakat masih terdapat banyak kesalahan ejaan, susunan, dan pengucapan. Padahal bahasa
1. Masyarakat malas mempelajari tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Penggunaan bahasa
3. Adanya bahasa anak muda yang berkembang di masyarakat sehingga menggeser kaidah bahasa yang sudah ada.
Namun, kita juga tidak bias menimpakan kesalahan sepenuhnya kepada masyarakat,
karena bahasa memang mudah mengalami perkembangan dan hal tersebut terjadi secara cepat. Namun, setidaknya sekarang masih banyak orang yang tetap menjunjung tinggi nilai – nilai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
B.Hubungan antara Bahasa dan Masyarakat
Bukan hal yang baru lagi jika kita katakana bahwa bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak bias dipisahkan. Tidak mungkin ada masyarakat tanpa bahasa, dan tidak mungkin pula ada bahasa tanpa masyarakat. Bahasa adalah alat penghubung dan alat komunikasi anggota masyarakat yaitu individu – individu tadi sebagai manusia yang berpikir, merasa, dan berkeinginan. Makin rendah peradaban suatu maeyarakat, makin sederhana bahasanya karena anggota – anggota masyarakat itu hanya membutuhkan simbol – simbol sederhana untuk menyatakan keinginan, kemauan, perasaan, serta pikiranya.
Dalam masyarakat yang sudah maju, makin bertanbah banyak fungsi bahasa itu. Masyarakat maju dan modern membutuhkan bahasa yang mampu digunakan dalam semua keperluan. Karena itu, bahasa harus kaya, bukan saja dalam pemilikan kosakatanya, melainkan juga dalam penggunaan bahasa yang lebih luas. Bahasa membutuhkan istilah dan struktur yang luwes sehingga dapat menampung berbagai macam pengungkapan pikiran yang tinggi dan rumit. Fungsi bahasa yang seperti itu tidak dapat diemban oleh bahasa yang miskin, yang tidak berkemampuan untuk mengungkapkan segala hal yang rumit – rumit itu. Untuk menggambarkan keanekawarnaan yang mencerminkan keanekawarnaan masyarakat itu dapat dilihat dari tutur sapanya. Semua bahasa memiliki apa yang disebut tutur sapa, yakni sistem yang mempertautkan seperangkat kata – kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa. Bahasa kita memiliki beraneka warna tutur sapa, yang diprngaruhi adanya dialek regional, dialek sosial, variasi situasi, sifat hubungan di antara pelaku dan multilingialisme yang ada di
dapat dilakukan segara terencana, dapat pula dilakukan secara spontan. Standardisasi istilah dan ejaan harus sewaktu – waktu diadakan karena ilmu dan bahasa terus – menerus tumbuh. Akan tetapi, sekali pilihan variasi atau standardisasi itu ditetapkan, pelaksanaan standardisasi tidak lagi bersifat objektif tetapi subjektif dan normatif.
Akibat langsung standardisasi ialah penentuan norma – norma bahasa. Norma – norma bahasa itu dapat ditentukan, walaupun belum kita peroleh deskripsi bahasa yang lengkap. Penelaahan bahasa
C. Persoalan yang dihadapi bahasa
Pada tahun – tahun yang lampau bahasa nasional kita telah membuktikan kemampuannya sebagai medium untuk menyampaikan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan tanpa kesukaran telah mampu menjadi bahasa pengajaran. Akan tetapi dengan makin mendalamnya pengkajian kita dalam sesuatu ilmu makin terasa adanya kekurangan – kekurangan dalam bahasa kita karena tiadanya ungkapan – ungkapan untuk menyatakan konsep yang teliti dan halus. Namun, masalah yang utama adalah bagaimana konsep – konsep yang diperoleh dari penyelidikan itu harus diungkapkan dan bagaimana ungkapan itu harus dirangkaikan dalam bahasa
kesalahan dan persoalan dalam berbahasa. Kesalahan biasanya berkisar pada keterampilan berbahasa dan kesalahan dalam kebahasaan. Persoalan kebahasaan yang dihadapi di
Tak ada bahasa yang seratus persen sanggup mengungkapkan generalisasi dan tidak ada yang seratus persen mampu mengungkapkan spesifikasi, biasanya kesanggupan bahasa ada di antara kedua kutub itu. Dalam lapangan – lapangan tertentu bahasa Indonesia memperlihatkan kecondongan spesifikasi daripada bahasa Inggris. Akan tetapi dalam lapangan lain bahasa Indonesia memperlihatkan kecenderungan generalisasi. Sampai seberapa jauh bahasa Indonesia memperlihatkan kelingahan bergerak dari kutub generalisasi ke kutub spesifikasi masih harus kita lihat pwrkembangannya.
hubungan makna yang logis. Salah nalar dapat juga terjadi karena orang tidak mengerti benar makna kata yang digunakannya dank arena itu dia salah menggunakannya. Logis atau tidak logis tuturan kita tergantung pada nalar yang tepat. Permasalahan yang lain adalah penggunaan idiom. Karena idiom itu bahasa yang teradatkan, walaupun kadang – kadang idiom itu terasa aneh, orang tidak merasakan lagi kejanggalannya atau keanehannya. Misalnya, orang
Akhir – akhir ini ada kebiasaan orang untuk menghilangkan kata tertentu dalam idiom bahasa
yang sederhana seperti pewnggunaan kata daripada. Kekerapan pemakaian kata daripada dalam bahasa Indonesia dewasa ini sangat tinggi. Kata ini mempunyai fungsi tertentu sebagai perangkat kata, frasa atau klausa. Karena itu setiap unsur bahasa dapat dihubungkan dengan kata daripada.
Pada umumnya kita anggap benar bila kata daripada digunakan untuk menyatakan perbandingan. Pemakaian kata daripada yang tidak ada dasar aturannya yang berlebihan dewasa ini dianggap sebagai suatu “penyakit” bahasa yang sukar disembuhkan[2]. Dari pejabat tinggi sampai kaum menengah kata daripada seperti diobral saja pemekaiannya. Mungkin ada kebanggaan pada pemakainya menggunakan kata itu karena dengan emikian dia menyamakan dirinya dengan pejabat tinggi yang biasanya senang menggunakan kata daripada itu. Jadi, hati – hatilah menggunakan kaya daripada yang tidak tepat.
Hal lain yang menjadi masalah dalam berbahasa adalah ambiguitas. Anbiguitas adalah kalimat yang menimbulkan makna ganda. Ambiguitas diharamkan dalam logika.
D. KESIMPULAN
Bahasa Indonesia sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dipahami, karena bahasa tersebut kita pergunakan dalam kehidupan sehari – hari. Seharusnya kita dapat dengan mudah mengasai bahasa
dewasa ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain masyarakat malas belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar, pengaruh dari dialek daerah, pengaruh dari bahasa Melayu, pengaruh pergaulan, dan pengaruh bahasa barat. Faktor – faktor tersebut segara tidak langsung membuat bahasa Indonesia mengalami sedikit perubahan sehingga bahasa yang kita gunakan agak menyimpang dari norma dan nilai bahasa yang sebenarnya. Apabila hal tersebutdibiarkan berlarut – lartut bahasa Indonesia akan kehilangan identitasnya.
Daftar pustaka
Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa
Kridalaksana, Harimurti.1985.Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.Flores:Nusa Indah.
Massofa.2008.Permasalahan dalam Analisis Kesalahan Berbahasa dan Analisis Kontrastif.Jakarta:Wordpress.
.jpg)